Halaman

Sabtu, 21 April 2012

Evaluasi Batu Koral...


Alooww sahabat...pha kabar lagi ?? Udah mo menuju Mei 2012...udara untuk kesekian hari ini bener-bener bikin gerah, panasnya udah tingkat dewa...red:lebayy hehehe!! Jadi males mo kemana-mana, buatku gak ada tempat paling enak kecuali dikamar, ngidupin AC, dengerin musik-musik melow-nya Daniel Sahuleka...trus ngetik note buat blog. Udah kebiasaan sih kalo pas nggak ada kerjaan sambil berpikir tentang apa-apa saja yang udah aku lakuin selama ini, apakah udah ada langkah maju atau malah mengalami kemunduran. Karena yang jelas banyak sekali hal-hal plus dan minus yang aku lakuin selama ini. And i think...aku masih harus terus berikhtiar untuk jauh menjadi lebih baik lagi.

Tobe honest, meski sedikit kesel udah hampir 1 tahun ini aku lebih banyak mendapat ujian luar dalam. Huftt ...coba betah-betahin dan berusaha untuk menata dan memberi  jauh lebih baik lagi. Shit...sulit bangetttt!!! Belum lagi aku masih harus berpikir keras untuk anak-anak yatimku, Ya Rabb...jahat banget aku udah menelantarkan mereka beberapa bulan ini.  Jujur udah hampir satu tahun ini aku gampang sekali sensi menanggapi sekelilingku, dan gak tahu harus marah sama siapa? Aku marah karena situasi sulit untuk sekedar ngelepasin beberapa asetku di Bali, kenapa sih susah banget?, disaat satu hal mulai lancar, aku sendiri mesti harus terkapar, kenapa orang lain bisa semudah itu, sedang aku belum?? Nada, Enver, Edsel dan anak-anak yatimku yang lain masiih sangat membutuhkanku. Sejuta pertanyaan menghinggapiku...sampai satu hari di acara metro tv chanel KickAndy yang aku tonton tentang ketangguhan seorang ibu muda yang sudah hampir 20 tahun lebih menjadi pemanjat kelapa dengan tinggi pohon hampir 10-20 meter lebih, yang hampir tiap hari dia lakukan sekedar untuk memberi penghidupan yang layak untuk anak-anaknya, bahkan tetap dia lakukan pada saat dia hamil 9 bulan sekalipun...dan ibu muda itu melakukannya dengan senyum ke ikhlasan tanpa menghitung-hitung sudah berapa kali dia jatuh dari pohon sampai jari dikakinya sempat patah...sampai saat ini dia masih melakukannya, dia teramat bersyukur dengan apa yang Rabbi sudah berikan...!! Allahuakbar...

Dan aku sendiri semakin menyadari betapa brengseknya aku, yang cuman bisa ngomel, Dan sepertinya makin banyak aku menulis, niatku untuk complain sama Rabbi...kok makin lama aku malah makin malu...! Sejenak aku berhenti dan aku coba untuk meng evaluasi diri dengan sedikit bereksperimen...

Batu koral ....ya batu koral yang aku tumpahkan dalam gelas yang aku miliki ternyata masih banyak sisi ruang lain yang belum aku penuhi, dan benar  gelasku belum juga penuh!!  mungkin aku harus isi kembali  dengan pasir halus untuk menutupinya...aku goncangkan gelas  untuk mengisi sisi ruang kosong lainnya, masih juga belum penuh...lalu aku tuangkan secangkir kopi yang dari tadi aku minum dan gelas itu kini benar-benar penuh!!

Bingung sobat...nggak ya??!!! Mari aku beri pengertian sederhananya...

 Alhamdulillah...evaluasi dari Rabbi yang kini telah memberiku jawaban bahwa, batu koral itu adalah satu hal penting tentang Rabbi, keluarga, kesehatan, pekerjaan dan lain-lainnya yang jika hal-hal tersebut itu hilang dan hanya tinggal mereka, maka hidupku masih tetap penuh. Sedang pasir adalah hal-hal sepele, yang kalo seandainya aku balik dengan mengisi gelas itu terlebih dahulu dengan pasir, maka tidak akan tersisa ruangan untuk batu koral itu. Hal sama akan terjadi pada hidupku, jika aku harus habiskan dengan hal-hal yang sepele, aku mungkin tidak akan punya ruang hal penting untuk semua. Mungkin benar aku kurang dalam berdoa lagi pada Rabbi, kurang perhatian dengan kebahagianku sendiri, bermain dengan anak-anakku, check up kesehatanku...aku kurang memberikan perhatian pada batu-batu koral itu!! Hal penting untuk mengatur prioritasku, selanjutnya baru mengurus pasir itu. Sedang segelas kopi di isian terakhir gelasku...itu menunjukkan sekalipun hidup kita sudah penuh, tetap selalu tersedia tempat untuk secangkir kopi bersama sabahat (silaturahmi)!!

Selama ini aku salah dalam mengatur gelas dalam diriku...semua serba acak, sampai aku bingung harus memulai dan mengakhirinya darimana. Aku terlalu sombong mengandalkan akalku bahwa perhitungan matematika dalam hidup ini selalu benar, tapi hidup bukan matematika karena ada Rabbi yang memiliki segalanya. Rabbi yang memiliki hak kuasa untuk menentukan apa yang terbaik untuk kita dan kita cukup tanpa henti untuk selalu beriktiar melakoninya...dengan ikhlas, fokus dan senyum penuh semangat...seperti ibu muda pemanjat pohon kelapa!!

Thanks Ya Rabb!!!