Halaman

Kamis, 10 November 2011

11 November

Menulis segala hal yang terlintas di kepala. Berbicara dalam takaran yang aku bisa. Sesaat setelah kubersujud didepan-Nya, mensyukuri nikmat yang di berikan-Nya hari ini.

36 tahun…aku adalah manusia biasa yang gemar belajar. Aku suka mempelajari hal apa saja yang aku suka termasuk sesuatu yang menurut orang lain aneh atau asing bagi mereka aku gak peduli selama itu tidak bertentangan dengan apa yang aku anut dan sesuai dengan prinsip hidupku. Aku terbiasa menentukan pilihan sendiri, mengurus diri sendiri, dan memutuskan segala hal tentang diri sendiri, tanpa punya maksud mengesampingkan arti seorang istri disampingku…karena jelasnya istri buatku adalah segalanya.

36 tahun…kesekian kalinya aku sampaikan thanks teramat sangat buat istriku…yang udah sekian tahun lamanya menemaniku, ngertiin kebandelanku untuk terus selalu bereksperimen dlm hidup yg kadang mungkin buat sebagian orang jengkelin karena manuver2 hidup yang kadang sesekali bikin hati meringis …seperti sahabatku bilang sok dramatis dlm hidup!! Gak lepas dari itu semua thanks berat juga buat sahabat2 terbaikku, teman2ku di SMADA, temen sepermainan di Bondowoso, teman dan sahabat2 di Bali, Surabaya, Jepara, Jakarta, Spain, Aus, Amrik semua dech…udah mengisi hari2 ku slama ini penuh arti, anyway bagi yang lain, yang marah denganku…yang benci sikapku…aku cuman mau bilang, “maaf kalo aku berlebihan…sok tahu…nyolot kadang bikin jengkel kamu semua”!!

36 tahun sudah seorang Iwan diberi nikmat,
Sebuah kehidupan yang tiada tara indahnya
Indah untuk merintis tujuan….
Indah untuk menyelesaikan masalah….
Indah untuk memberi kebaikan dan berbagi kepada orang lain….
Indah untuk mempelajari hal baru….
Indah untuk memberi senyum…
dan indah untuk menikmati hari ini…

36 tahun …dibilangan umur yang baru ini, aku menyadari bahwa pada saat-saat tertentu Rabbi menggunakan cara-cara yang unik untuk mendidik ku. Rabbi memberi ku kekuatan… dengan cara memberi kesulitan-kesulitan untuk membuat aku tegar. Rabbi memberiku kebijakan… dengan cara memberi berbagai persoalan hidup untuk diselesaikan agar aku bertambah bijaksana. Rabbi memberi ku kemakmuran… dengan cara memberi otak dan tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya dalam mencapai kemakmuran. Rabbi memberi ku keteguhan hati… dengan cara memberi bencana dan bahaya untuk diatasi. Rabbi memberi ku cinta… dengan cara memberiku orang2 bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai. Rabbi memberi ku kemurahan kebaikan hati… dengan cara memberi ku kesempatan2 yang silih berganti. Semoga dengan ini semua aku makin mengerti , sehingga apapun yang terjadi, aku terus dapat tersenyum dan mengucapkan “Alhamdulillah” di hati dan di bibir ku.
36 tahun…makna lain ulang tahunku adalah menjadi semakin marvelous, memiliki kekuatan batin untuk berbuat baik terhadap sesama, lebih mengerti daripada dimengerti, berbagi semangat dan antusiasme untuk menjadikan dunia lebih baik, dan akhirnya selalu merasa terberkahi dan bersyukur atas apapun yang terjadi pada diri. Yah bagiku hari esok harus lebih baik dan semakin baik dari sebelumnya.
Terberkahi! Ya... ulang tahun yang terberkahi & diberkahi oleh ALLAH SWT !
Aku menyukai kata ini, selaras dengan apa yang kurasakan akan anugerah dan berkah yang kudapat selama ini. Seringkali aku merasa mendapat miracles, keajaiban-keajaiban kecil yang tiba-tiba datang begitu saja.
Kemudian, membuatku semakin merasa betapa baiknya Rabbi kepadaku. Memberi banyak hal, terus memberi, sementara terkadang aku lupa dan lalai menjalankan kewajibanku padaNya.
Seorang sahabat baikku dari Bondowoso mengirim sms. Isinya mengingatkanku untuk semakin banyak mengingat NYA mengingat dosa-dosa & kekhilafan sejalan dengan semakin berkurangnya persedian umurku.
Aku membalasnya sejalan dengan bertambahnya usia, aku ingin semakin banyak bersyukur kepada Rabbi !. Aku tersenyum karena merasa begitu bersyukur terhadap apa yang telah kuperoleh selama ini, berpuluh tahun sudah. Yah biarkan aku selalu tetap merasa terberkahi dan diberkahi olah NYA.
Terima kasih untuk semua yang telah memberi warna buat hidup seorang Iwan….siapapun itu!! Semoga Rabbi akan selalu memberi kita semua kesehatan, umur panjang yg bermanfaat dan keberkahan dalam hidup. Amieeeen.

Coretan kecil : 11 November 2011, 04.00 wita
IwanS

Selasa, 08 November 2011

Hitam dan Putih


Karena dalam hidup ada hitam dan putih, itu update status yang aku buat di social network yang aku miliki. Ya hitam putih, baik buruk, malam siang, tampan cantik, tinggi rendah, besar kecil,laki2 wanita….juga salah dan benar. Dan bicara salah benar setiap orang tahu pada dasarnya, seperti halnya tauladan jika benar harus diikuti sedang kalo salah dijauhi atau tidak dilakukan. Karena biasanya kalo orang benar mereka berani, sebaliknya jika mereka salah justru rasa takut yang akan terus menyelimutinya.

Sadar dengan benar dan salah dalam diri, bila dihayati dan dipegang teguh sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk mengatur dan membereskan kehidupan ini. Seperti layaknya rizki dari Rabbi, salah dan benar tidak akan tertukar dalam kehidupan kita. Tapi lucunya saat ini justru sebaliknya, mengapa banyak orang yang takut padahal dia benar, dan banyak orang berani bahkan ngotot padahal dia salah? Apakah karena yang benar itu penakut dan yang salah itu nekad juga konyol? Sobat tahu ….? Karena inti permasalahnya kita tidak bisa menyadari bahwa posisi kita benar atau salah, so persoalannya adalah “kesadaran”. Ketika orang yang benar tapi takut benar-benar disadarkan bahwa ia benar, ia akan berubah seketika menjadi pemberani. Sebaliknya, orang yang salah, bila benar-benar disadarkan tentang kesalahannya, ia akan takut, hilang keberaniannya dan menyesali diri. Disini diperlukan orang ketiga yang bisa menyadarkan siapa saja bahwa ia benar atau salah. Orang ketiga bisa siapa saja, syaratnya hanya satu doang kok…. memiliki kesadaran kebenaran yang lebih tinggi di atas orang kebanyakan. Dia layaknya hakim, tapi tidak ada kaitannya dengan posisi dan jabatan apapun.

Orang seperti itulah yang sangat kita perlukan saat ini, siapapun, dimanapun dan kapanpun. Dalam agama mereka adalah para nabi. Dalam kehidupan biasa adalah siapa saja yang hidupnya lurus, hatinya bersih, berfikirnya tajam dan jernih, penasehat yang tanpa pamrih. Adakah orang-orang seperti ini di sekitar kita? Bila ada, ia harus didekati, dijaga, dipelihara dan diminta nasehat-nasehatnya. Bila perlu dijamin hidupnya. Orang seperti ini adalah para nabi yang tidak formal, utusan Tuhan yang tersembunyi.

Apakah kita harus selalu tergantung pada orang-orang istimewa seperti itu? Tidak perlu juga!. Tapi kita harus mau melakukan satu hal, membereskan diri kita masing-masing agar hidup benar, berkata benar, melangkah benar, berniat benar, bertujuan benar dan seterusnya dalam hal apapun. Jangan dibuka peluang dalam diri kita melakukan kesalahan apapun. Bila itu kita coba lakukan, kekuatan kebenaran itu akan muncul dalam diri, akan menguat dan kita lah yang akan menjadi obor-obor kebenaran. Kekuatan kebenaran kita akan menjadi radio aktif bagi orang lain. Semakin banyak obor semakin terang dunia ini, semakin lenyap kegelapan, semakin beres kehidupan! Bila masing-masing diri sudah menemukan hakikat kebenaran, kita tak akan pernah lagi menyalahkan orang! Karena dalam dirilah sumber semua masalah. Wallahu ‘alam

Karena dalam hidup ada “hitam dan putih”


Catatan Kecil : Untuk sahabat…salam hormat keluarga besar RwaBhineda
IwanS

Sabtu, 05 November 2011

Ibu Rumah Tangga

Mantap rasanya kalo mendengar ada seorang wanita lulusan sebuah universitas ternama dan telah bekerja di sebuah perusahaan yang bonafit dengan gaji yang menggiurkan setiap bulannya, belum lagi kalo pas ada penugasan sampai keluar kota atau keluar negeri dari perusahaan…mmm lengkap sudah dari wanita semacam ini, seolah tercermin seorang wanita sukses, tapi apakah benar semua itu demikian...is it right ?

Kebanyakan orang mungkin beranggapan bahwa sukses lebih dinilai dari sebatas materi yang diperoleh, sedang sebaliknya… akan dianggap remeh. Cara pandang seperti ini membuat banyak wanita muslimah bergeser dari fitrahnya sebagai seorang wanita. Berpandangan bahwa sekarang sudah saatnya wanita tidak hanya tinggal di rumah menjadi ibu, tapi sekarang saatnya wanita menunjukkan eksistensi diri di luar. Menggambarkan seolah-olah tinggal di rumah menjadi seorang ibu adalah hal yang rendah!! Oh…come on !!??

Seringkali kita dapati ketika seorang ibu rumah tangga ditanya teman lama “Sekarang kerja dimana?” rasanya terasa berat untuk menjawab, berusaha mengalihkan pembicaraan atau menjawab dengan suara lirih sambil tertunduk “Saya adalah ibu rumah tangga”. Rasanya malu! Apalagi jika teman lama yang menanyakan itu “sukses” berkarir di sebuah perusahaan besar. Atau kita bisa dapati ketika ada seorang muslimah lulusan sebuah universitas ternama, hendak berkhidmat di rumah menjadi seorang istri dan ibu bagi anak-anak, dia harus berhadapan dengan “nasehat” dari bapak dan ibu tercintanya: “Putriku! Kamu kan sudah sarjana, Sayang kalau cuma di rumah saja ngurus suami dan anak.” Padahal, putri tercintanya hendak berkhidmat dengan sesuatu yang mulia, yaitu sesuatu yang memang menjadi tanggung jawabnya. Disana ia ingin mencari surga.

Di awal pernikahan seorang wanita menganggap pekerjaan rumah tangga hanyalah pekerjaan sederhana, karena bukankah menjadi ibu rumah tangga adalah fitrah wanita ? tetapi sebenarnya kehidupan rumah tangga, adalah pekerjaan yang sangat rumit. Seorang ibu tidak memiliki jam kerja tertentu artinya, tugasnya di mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, bahkan menjadi ibu rumah tangga, berarti banyak belajar, seperti belajar manajemen, baik manajemen rumah tangga, manajemen keuangan sampai manajemen qolbu. Lalu belajar pembukuan, dimana seorang ibu akan dihadapkan untuk mengatur keuangan keluarga, karena penghasilan suami untuk saat ini masih belum normal. Dan kemudian belajar psikologi, baik psikologi anak maupun psikologi umum…mmm…lengkapkan J

So sekedar mengingatkan buat para ibu jangan pernah ada pikiran jahil sambil berhitung, berapa gajiku seharusnya atas tugasku ini ? Seorang wanita adalah ratu rumah tangga sekaligus pembantu, seorang wanita adalah manajer merangkap baby sitter, seorang wanita adalah akuntan dan konsultan seorang suami, seorang wanita adalah pendidik sekaligus tukang ketik, penggagas sekaligus tukang pangkas, dan seorang wanita juga seorang pengobat sekaligus perawat, seorang wanita juga actor bagi anak2nya takkala menggambarkan berbagai macam watak yang ada dalam cerita yang sedang dibaca.

Seorang ekonom Pakistan Mahbub Junaidi berkata “ jika seorang ibu rumah tangga meminta di berikan gaji, maka nilainya adalah satu milyar dollar pertahun. Sebuah nilai yang besar untuk budget sebuah negara, syukurlah ibu2 rumah tangga memberikan tenaganya dengan cinta maka tak perlu memusingkan negara bukan ?

Aku bangga, bersyukur dan berterima kasih dengan wanita yang mau dan sanggup bersusah payah menjalani karir rumah tangganya, walau selalu di remehkan dan jarang mendapat pengakuan yang layak! Hanya karena wanita tersebut mencintai suami dan anak2nya yang di amanahkan Rabbi padanya. Dan yang lebih penting dari semua itu engkau para istri, para ibu ….sesungguhnya engkau telah memiliki cinta Rabbi lebih dari ciptaanNya yang lain. Allohu rabbul’alamin.

Salam hormatku buat ibu2 rumah tangga sejati. Karier mu sangat penting, dalam mempersiapkan generasi rabbani. Dan gajimu, InsyaAllah kehidupan hakiki surgawi.

Aku berharap coretan ini bisa menjadi inspirasi untuk para wanita “ibu rumah tangga”. Banggalah dengan apa yang menjadi tanggung jawabmu sekarang…karena Rabbi sangat mencintai ummat Nya yang mau berserah diri dijalan Nya.


Catatan kecil : Dari sahabat untuk istriku tercinta...dan para wanita muslimah
IwanS


Nb :

Please jangan salah mengartikan catatanku ini, tanpa punya maksud mengecilkan atau mendiskriditkan arti seorang wanita karir yang sebenarnya, buatku wanita karir tetaplah suatu diffrential lebih dari seorang wanita, dan saya bangga pernah memilikinya dulu… karena istriku sendiri pernah bekerja dan menjabat disebuah perusahaan dengan salary lebih dari penghasilanku pertama kali di BUMN dulu dan dia seorang Sarjana dengan 2 gelar kesarjanaan (ekonomi dan komputer) dibanding aku yang cuman lulusan SMA….hikss!!. Meski saat ini istriku memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, menjaga n merawat anak2ku…mendampingi aku dan lain sebagainya dirumah….aku tidak pernah memberinya sekat keterbatasan karena kebebasan bersikap selalu aku berikan, buatku…seorang wanita bekerja atau tidak, itu sudah memberikan arti lebih buat keluarga…karena peran yang dimiliki seorang wanita seperti yang aku jelaskan diartikel tentang “Ibu Rumah Tangga” itu. Sejauh seorang suami sudah bisa bertanggung jawab dan memenuhi apa yang dibutuhkan dalam rumah tangganya…kenapa tidak jika seorang istri kembali pada fitrahnya. Makan sama sepiring kok…!!! Terkecuali jika berkeinginan lebih dari hanya sepiring nasi…J move on !!! (coba baca artikelku “Lebih Keras Lagi”)